Saya berasal dari sebuah kota kecil, yakni Bukittinggi, sebuah kota
yang cukup ramai di daerah Sumatera Barat. Bukittinggi di Sumbar adalah
salah daerah wisata, yang ramai dikunjungi oleh para pelancong. Kota
Bukittinggi tepatnya sumatera barat, masih berpegang kuat pada adat dan
tata krama dan agama, dengan semboyan hidup basyandi syarak, syarak
basandi kitabullah, yang artinya hidup berpegang pada ketentuan adat dan
kitab Alquran.
Hal serupa hampir sama dengan yang ada
di Aceh. Bahkan Aceh memiliki peraturan daerah sendiri tentang agama.
Aceh punya polisi yang khusus menangani tentang pelanggaran peraturan
agama yang berlaku. Di Sumbar memang tidak ada peraturan khusus yang
mengikat, namun di sumbar semua telah menjadi kebiasaan, hukum yang
berlaku adalah hukum dari lingkungan dan masyarakat.
Saya
berangkat ke Aceh untuk dinas luar, dengan tujuan, memberikan materi
tentang seacyberclass, dan sms. Perjalanan terasa lumayan jauh, karena
tempat tujuan utama adalah kota langsa, dibandingkan dengan banda aceh,
langsa lebih dekat dengan medan, lebih kurang 4 jam perjalanan darat.
Pada awalnya, dalam pikiran, terlintas kalau aceh adalah daerah yang
berbahaya, karena diberita selalu ada berita tentang aceh, mulai dari
teroris, sampai dengan peredaran ganja, namun setelah bertemu dengan
warga Aceh, dan menetap di langsa selama 5 hari, fikiran buruk yang
terlintas sebelumnya segera dihapus jauh-jauh. Ternyata warga Aceh,
hampir sama dengan warga sumbar yang saya kenal, mereka mengutamakan
keramahan, sopan santun dan tegur sapa.
Di Aceh, saya
memberikan materi kepada para guru dan teknisi. Semangat para guru-guru
dan teknisi tampak nyata, semangat itulah yang mereka tularkan kepada
para murid-murid nya. Semangat yang telah ditularkan oleh para guru ke
murid, membuat murid lebih bisa berkembang dan berpikir maju.
Langsa
merupakan salah satu kota yang giat melakukan perkembangan, baru-baru
ini salah satu murid SMK di langsa, baru saja berangkat ke London untuk
olimpiade dalam bidang pendidikan. Untuk kemajuan teknologi, secara
umum, di langsa telah berkembang dengan baik. Seperti sekolah-sekolah
yang telah dilengkapi dengan fasilitas wifi, walau kecepatannya
terbatas, serta banyak nya di temukan warnet-warnet.
Beda
Aceh dan Sumbar yang amat nyata bagi saya adalah, peraturan daerahnya
tentang pergaulan agama, dimana aceh punya hukum islam, sedangkan
disumbar tidak. Bahkan di aceh, tempat-tempat umum yang dianggap dapat
merusakpun tidak ada, seperti bioskop dan mall. Namun warga Aceh senang
nongkrong bersama-sama, hal itulah yang mungkin membuat warga sesama
aceh saling dekat satu dan lainnya.
Beda di
Sumatera Barat, beda di Aceh, beda pula di Jakarta. Kehidupan Jakarta
tidak lah seindah di daerah, dimana saat kita di daerah, kita masih bisa
mengenal tetangga, hidup dalam lingkungan yang harmonis, namun di
Jakarta, walau hidup bertetangga, serasa hidup sendiri. Semua punya
kesibukan masing-masing dan larut di dalamnya, tanpa mengenal
lingkungan. Daerah nya yang padat, mengakibatkan semuanya terasa sumpek.
Walau
hidup di Jakarta punya banyak kekurangan, namun juga ada hikmah yang
bisa diambil, seperti, hidup di Jakarta membuat kita lebih mandiri dan
tegar. Kehidupannya yang keras, membuat kita juga berusaha lebih keras,
pantang menyerah.
Kesenjangan
begitu terasa dijakarta, seperti tampak untuk dunia pendidikan, sekolah
yang maju dan tergolong mahal akan semakin maju, dan Berjaya, sedangkan
sekolah yang terbelakang, ada di daerah yang tidak bagus, dan diisi
oleh orang-orang dari level kehidupan sederhana kebawah, tidak
berkembang, bahkan cenderung ketinggalan, apalagi dalam dunia IT. Jika
dibandingkan dengan Sumbar, walaupun daerah tidak semaju Jakarta, tapi
dalam hal dunia pendidikan, perkembangannya tergolong merata.